Friday, April 11, 2014

Jabal Magnet di Madinah, Ilusi atau Fenomena Nyata?

Jabal Magnet (Jabal Baido) di Madinah

Jabal Magnet dan Nama Lainnya

Jabal Magnet konon adalah nama yang diberikan oleh peziarah asal Indonesia pada sebuah pegunungan di sebelah barat laut Kota Madinah. Situs ini sangat terkenal di kalangan jamaah haji Indonesia. Jangan heran jika pada musim haji, di sana mayoritas pengunjungnya adalah orang Indonesia. Penduduk Kota Madinah dan kota-kota sekitarnya lebih sering menyebut wilayah tersebut sebagai Wadi El Baida (Lembah Putih) atau Jabal Baiduk (Bukit Putih) atau Jabal Baido atau Mantiqotul Baido (Tanah Putih). Penduduk Kota Madinah dan sekitarnya lebih memanfaatkan taman rekreasi berupa tanah lapang di lembah di kaki Jabal Magnet tersebut untuk acara camping dan piknik keluarga pada akhir pekan. Mereka biasanya mendirikan tenda-tenda, membawa peralatan memanggang untuk mengadakan acara barbekyu di sana pada malam hari. Ada pula nama lain dari Wadi El Baida ini, yaitu Wadi Al Jinn atau Lembah Jin. Wah jadi takut nih mendengarnya. Sebenarnya ada apa di sana?

Kabarnya (entah benar atau tidak), Jabal Magnet sekarang ditutup untuk rombongan besar. Ini dilakukan pemerintah Kerajaan Arab Saudi untuk mencegah kemusryikan. Soalnya, beragam pendapat tentang fenomena yang ada di Jabal Magnet ini dapat mengarahkan para peziarah ke arah sana (syirik). Bersama 10 orang teman serombongan kami berinisiatif mengunjungi tempat tersebut sebagai salah satu pilihan rekreasi di Kota Madinah pada akhir Desember 2013 lalu saat hari-hari terakhir berada Kota Madinah. Ini memang bukan situs yang wajib dikunjungi sebagaimana Masjid Quba, Masjid Ijabah, Masjid Qiblatain, dan Jabal Uhud yang sudah saya paparkan pada tulisan-tulisan sebelumnya.

Minibus Carteran Ke Jabal Magnet dan Abuyya

Cerita tentang keunikan Jabal Magnet sudah lama saya dengar, bahkan saya pernah menonton ulasannya di televisi. Jam 8 pagi waktu setempat, kami mencoba mencarter sebuah mini bus dengan seorang sopir Arab Baduy, yang kemudian kami panggil Abuyya (Bapak). Sopir minibus itu usianya memang sudah cukup tua. Mungkin sudah punya beberapa orang cucu di rumahnya. Setelah tawar-menawar singkat di depan hotel tempat kami menginap, kami mendapatkan harga 300 riyal untuk perjalanan ke Jabal Magnet plus singgah sejenak di King Fahd Holly Qur’an Printing Complex (Kompleks Percetakan Al Qur’an Raja Fahd). Kalau dibagi rata, masing-masing kami harus membayar 30 riyal untuk ongkos perjalanan rekreasi yang ditaksir Abuyya akan memakan waktu selama lebih kurang 4 jam itu. Minibus berwarna putih seperti yang kami carter memang banyak ngetem di depan-depan hotel di sekitar Masjid Nabawi. Akan mudah sekali mengenali minibus-minibus carteran ini, karena sopir-sopirnya akan berteriak-teriak menawarkan jasa kepada para peziarah yang berlalu lalang dengan kata-kata: “Ziaraa.... ! Ziaraaa!!!” Untuk menggunakan jasa mereka, kita musti pandai-pandai menawar. Sebaiknya sebelum mencarter mereka tanyakan dulu kepada orang-orang yang mungkin tahu berapa tarif yang pantas untuk situs atau tempat yang ingin dituju. Jangan lupa, katakan anda mencarter untuk tarif pp (pergi-pulang).

Abuyya sangat ramah. Sepanjang perjalanan ia menunjukkan tempat-tempat tertentu yang sekiranya cukup menarik buat peziarah macam rombongan kami. Untungnya salah satu dari kami pandai berbahasa Arab sehingga memudahkan komunikasi dengan beliau. Seperti kebanyakan warga Kota Madinah, lelaki yang janggutnya sudah dominan berwarna putih itu mengenakan sorban merah dan gamis warna putih. Minibusnya cukup bersih dan nyaman, sehingga walaupun agak berdesak-desakan, kami cukup menikmati perjalanan.

Kompleks Percetakan Al Qur’an Raja Fahd

Kami sampai di Kompleks Percetakan Al Qur’an Raja Fahd. Percetakan Al Qur’an ini adalah percetakan Al Qur’an terbesar di dunia. Di sini di cetak Al Qur’an dan terjemahannya dalam berbagai bahasa. Bayangkan bagaimana kapasitasnya, karena percetakan ini mampu memproduksi 10 juta kopi Al Qur’an setiap tahunnya. Satu hal yang unik adalah jika anda perempuan, maka anda tidak akan diperkenankan masuk ke dalam percetakan tersebut. Tidak ada satupun dari kami yang tahu mengapa perempuan tidak diperbolehkan masuk. Kami hanya duduk-duduk di depan pagar di dekat lapak seorang penjual cindera mata di dekat parkiran mobil para pegawai percetakan. Sementara para peziarah pria diperbolehkan melihat-lihat proses pencetakan kitab suci umat islam ini, walaupun tentu dalam lingkup yang amat terbatas juga. Oleh karena itu, dengan sabar kami (para perempuan) menunggu para rombongan pria keluar dari percetakan. Olala, mereka tampak gembira ketika keluar pagar kompleks percetakan itu karena masing-masing diberi hadiah sebuah mushaf Al Qur’an. Mereka tampak sumringah memegang kitab bersampul warna biru malam, persis seperti kitab-kitab Al Qur’an yang diletakkan di dalam masjid-masjid di Kota Mekkah dan Madinah.
percetakan al qur'an di madinah
Al Qur'an Hasil Cetakan King Fahd Holly Qur'an Printing (Koleksi Pribadi)


Menurut mereka (para pria), masing-masing pengunjung diminta membubuhkan nama, asal negara, dan tanda tangan di sebuah buku tamu, lalu mereka bebas mengamati bagaimana para pekerja melaksanakan tugasnya mencetak Al Qur’an di lantai dasar dari sebuah balkon yang lebarnya sekitar 4 meter yang memanjang di lantai dua. Mereka harus mengikuti alur tur yang telah diberi tanda-tanda berupa anak panah mengenai arah yang harus mereka lalui. Ketika puas melihat bagaimana pencetakan Al Qur’an dilakukan, mereka menuju koridor sempit selebar lebih kurang 3 meter untuk kemudian keluar menuju meja Humas Percetakan yang kemudian memberi mereka masing-masing satu kitab suci. Ukuran kitab suci diberikan sesuai umur. Apabila anda berumur di atas 60 tahun maka anda akan memperoleh mushaf berukuran besar. Jika anda lebih muda, maka anda akan menerima mushaf ukuran standar.

Istana Raja Fahd di Madinah

Dalam perjalanan menuju Jabal Magnet, Abuyya menunjuk sekumpulan bangunan berwarna putih di atas sebuah gunung yang cukup tinggi. Kami dapat memandang bangunan itu dari jendela minibus. Bentuknya serupa kotak-kotak berwarna putih keabu-abuan, senada dengan warna tanah dan bebatuan di sekitarnya. “Istana Raja Fahd”, kata teman yang fasih berbahasa Arab setelah menerjemahkan kata-kata Abuyaa. Saya sendiri melongo membayangkan bagaimana kira-kira kemegahan bagian dalam istana itu bila dilihat dari dekat, karena dari kejauhan tampak biasa saja kecuali ukurannya yang cukup besar. Mungkin karena mendengar bangunan itu adalah istana Raja Fahd, barulah saya awas kalau ternyata terdapat jalan berpagar tampak melingkar dipahat di pinggang gunung batu itu. Secara utuh, gunung dan komplek bangunan itu kelihatan kering dan gersang sekali, walaupun di samping-samping bangunan istana yang berbentuk kotak-kotak itu menyembul pucuk-pucuk pepohonan.
Istana Raja Fahd di Madinah (Koleksi Pribadi)


Kebun Kurma di Sepanjang Jalan Menuju Jabal Magnet

Beberapa saat kemudian kami sudah mulai memasuki jalan yang agak naik-turun dan sepi dari lalu lintas kendaraan. Kami sudah menuju Jabal Magnet. Di kanan kiri jalan kini mulai tampak kebun-kebun kurma yang menghijau. Helaian-helaian daun dan pelepahnya berkesiur ditiup angin. Saya kira sebagaimana taman-taman di pusat  kota, pohon-pohon kurma itu memperoleh pasokan air dari pipa-pipa yang dipasang di sekeliling batangnya. Waktu itu cuaca cukup dingin-sejuk. Entahlah, mungkin suhunya berkisar 15 derajar celcius.

Jalanan yang beraspal mulus dan lebar itu benar-benar sepi. Mungkin benar kabar kalau Jabal Magnet ditutup untuk umum. Dalam hati, saya sudah siap-siap kecewa seandainya rombongan kami harus pulang sebelum mencapai tujuan. Kami hanya berpapasan dengan satu atau dua mobil, dan sebuah mobil tangki pengangkut air. Menurut Abuyya, mobil itu memasok air bagi warga berada di wilayah yang belum ada jaringan pipa airnya. Sesekali kali kami melewati wilayah yang kosong sama sekali. Hanya beberapa gerumbul tumbuhan semak tumbuh di tanah berpasir dan berbatu, dilatarbelakangi gunung-gunung dan perbukitan yang hampir seluruhnya terdiri dari batu-batu keras berwarna coklat keabu-abuan. Beberapa saat kemudian, kebun kurma kembali tampak di kanan kiri jalan.

Di saat minibus berada di jalan yang sangat lurus, Abuyya mulai menunjuk-nunjuk pada speedometer minibus yang disupirnya. Kecepatan mobil itu hanya sekitar 25 km per jam (mungkin-saya tidak terlalu jelas mendengar pembicaraan kawan-kawan yang begitu berisik, apalagi saya duduk agak di belakang). Menurut Abuyya ia telah menjejak gas hingga dalam, tetapi minibus tidak dapat melaju dan terkesan terengah-engah menuruni jalan. Aha... inilah fenomena Jabal Magnet yang terkenal itu! Saat jalan agak turun, mobil justru seperti kehabisan tenaga untuk melaju.

Kemudian mobil seperti kembali ke kemampuan normalnya. Beberapa saat kemudian, Abuyya menghentikan mobil tepat di dekat sebuah bundaran jalan. Sepertinya ini adalah ujung jalan menuju Jabal Magnet. Benar saja, kami sudah tiba di Jabal Magnet. Tidak ada penjagaan (tidak ada polisi atau askar di tempat ini). Awalnya saya pikir, seperti di Indonesia kita harus masuk melalui pintu gerbang yang dijaga pegawainya untuk menarik karcis tanda masuk (halah... ini kan Arab Saudi, beda dong). Ternyata tidak ada gerbang masuk wilayah wisata ini, juga tidak ada retribusi karcis masuk. Kami turun dan keluar dari mobil. Abuyya menunjuk ke sebuah bukit dengan bentuk unik yang berdiri tepat di hadapan kami. Sebuah gunung (atau tepatnya bukit) dari batu-batu dengan formasi miring ke suatu arah tertentu. Itulah yang disebut sebagai Jabal Magnet. Kami berfoto-foto sesaat sambil memandang ke sekeliling alam. Wilayah ini dipagari oleh pegunungan dan bukit-bukit batu. Saya melihat dua orang petugas kebersihan. Abuyya menyalami mereka. Kami memberikan beberapa riyal pada keduanya, sementara kawan-kawan pria dalam rombongan kami menyodorkan rokok setelah mendengar bahwa gaji mereka sangat kecil (1.500 riyal per bulan). Jaket, sorban, dan celana mereka tampak lusuh dan kotor, tapi keramahan tetap terpancar dari wajah kedua pria berkebangsaan India itu.
Jabal Magnet, Mungkinkah Struktur Bebatuan Penyusunnya yang Unik dan Keadaan Lingkungan Sekitarnya Telah Menimbulkan Ilusi pada Para Peziarah? (Credit: Nuraishah Bazilah Affandi)


Karena suhu udara di sini lebih dingin (saya sampai menggosok-gosokkan telapak tangan untuk menghangatkannya), sesaat kemudian kami sudah duduk di dalam minibus. “Waktunya kembali ke Kota Madinah”, kata Abuyya. Saat perjalanan pulang ini, Abuyya sempat mematikan mesin dan menetralkan gigi (gear) minibusnya untuk menunjukkan bahwa minibus dapat melaju kencang hingga mencapai kecepatan 120 kilometer per jam di jalan lurus di tempat mana tadi sebelumnya mobil sempat terengah-engah. Lagi...! Inilah fenomena kebalikan kejadian sebelumnya dari Jabal Magnet. Minibus seperti didorong oleh kekuatan gaib—jin?  Konon inilah sebabnya lembah di sekitar Jabal Magnet ini juga disebut sebagai Wadi El Jinn, karena beberapa orang percaya bahwa di tempat ini adalah tempat tinggal para jin. Para jin mendorong mobil menjauhi Jabal Magnet, padahal jalan tampak seakan-akan agak menanjak.
Sisi Lain Jabal Magnet di Madinah, Mobil Melaju Karena Didorong oleh Jin? (Koleksi Pribadi)


Saat ini telah ada penjelasan ilmiah tentang fenomena ini. Ternyata di Jabal Magnet, para pengunjung mengalami ilusi optik karena saat berada di sana kita tidak bisa melihat horison (kaki langit). Wilayah di sekitar Jabal Magnet dikelilingi oleh pegunungan yang tinggi. Kemudian, ditambah lagi dengan bentuk-bentuk tumbuhan perdu serta formasi bebatuan yang mungkin dapat mengaburkan ketajaman indra keseimbangan dan penglihatan kita sehingga menimbulkan kesan terbalik: jalan yang menurun tampak seperti menanjak dan sebaliknya jalan yang menanjak tampak seperti menurun. Kabarnya, pengukuran dengan peralatan canggih macam GPS telah membuktikan bahwa memang terjadi ilusi di sini sebagaimana di tempat-tempat lain di berbagai belahan dunia. (Menurut wikipedia, fenomena yang terjadi di Jabal Magnet ini juga ada di banyak negara lainnya, termasuk Indonesia. Lihat artikelnya di sini). Saya lebih mempercayai pendapat ini karena jarum jam atau peralatan elektronik sama sekali tidak terpengaruh oleh medan magnet (jika memang ada).
 
Kami meninggalkan Jabal Magnet yang jaraknya sekitar 60 kilometer dari pusat kota Madinah dan 40 kilometer dari Kota Tabuk itu. Fenomena Jabal Magnet memang unik. Semuanya merupakan bukti kebesaran Allah SWT kepada hamba yang mau memahaminya. Perlu waktu sekitar 30 menit perjalan untuk tiba kembali ke hotel di Madinah. Hampir adzan Dzuhur ketika kami tiba di depan pintu hotel dan membuat kami bergegas mengambil air wudhu untuk menuju Masjid Nabawi bersama-sama para peziarah lainnya.

Thursday, April 10, 2014

Jabal Uhud di Madinah, Saksi Pertempuran Sengit Itu

Jabal Uhud Saksi Pertempuran Sengit Itu


Jabal Uhud dan Makam 68 Syuhada Perang Uhud

Lima kilometer sebelah utara Kota madinah berdiri kokoh sebuah gunung yang panjangnya mencapai 10 kilometer, dengan ketinggian 1.050 meter. Mudah saja mengenalinya dari tepi jalan raya. Jabal Uhud atau Gunung Uhud, demikian nama gunung yang dibentuk dari tanah berbatu cadas berwarna kemerah-merahan itu berdiri tegar melintas zaman. Terpisah dari bukit dan pegunungan lainnya, membuat sosoknya tampak jelas dapat dibedakan dari pegunungan lainnya di sekitar Kota Madinah. Karena keberadaannya yang demikian, gunung ini disebut-sebut sebagai bukit yang menyendiri oleh penduduk Kota madinah. Lokasinya mudah dicapai dan selalu dimasukkan dalam agenda perjalanan wisata ziarah oleh agen travel umrah/haji plus atau Kementerian Agama Republik Indonesia untuk para jamaah haji. Setiap hari, tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah.

Pagi itu, di tepi pagar beton berjeruji besi, seorang pembimbing ibadah dalam rombongan peziarah itu maju dan menadahkan tangan ke arah Baitullah diikuti oleh para peziarah lainnya. Mereka sedang memanjatkan doa untuk para syuhada Uhud. Mereka tampak khusyuk. Sebagian wajah tertunduk, terbayang peristiwa berkecamuknya Perang Uhud di hadapan mata. Air mata kesedihan menetes karena terkenang tumpahnya darah para pembela Islam. Sebagian lagi dengan penuh rasa ingin tahu menjelajah komplek pemakaman itu dengan pandangan mata.

Kompleks pemakaman itu di kelilingi pagar jeruji besi beranyam bercat hijau. Para peziarah itu hanya bisa berada di sisi pagar. Tampak sebuah pintu, tetapi digembok dengan kuat. Mereka, seperti para peziarah lainnya dilarang masuk kompleks pemakaman. Tidak banyak petugas dari pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang ditempatkan di sini. Mereka sekedar berjaga-jaga, seandainya saja ada rombongan peziarah yang melakukan ritual doa secara berlebih-lebihan mereka siap memberikan teguran karena itu tidak sesuai dengan syariat Islam. Tinggi pagar sekitar 1,75 meter. Sekilas tidak ada yang istimewa dari hamparan pasir dan beberapa bongkah batu itu jika anda tidak tahu bahwa di bawahnya terbaring jasad 68 orang penegak Agama Allah. Rasulullah SAW telah bersabda bahwa, “Mereka yang dimakamkan di Uhud tak memperoleh tempat lain kecuali ruhnya berada di dalam burung hijau yang melintasi sungai surgawi. Burung itu memakan makanan dari taman surga, dan tak pernah kehabisan makanan. Para syuhada itu berkata, siapa yang akan menceritakan kondisi kami kepada saudara kami bahwa kami sudah berada di surga? Maka Allah berkata, “aku yang akan memberi kabar kepada mereka.” Kemudian turunlan ayat yang berbunyi, “Dan janganlah mengira orang yang terbunuh di jalan Allah itu meninggal (Q.S. 3: 169).
kompleks makam syuhada uhud
Kompleks Makam Syuhada Perang Uhud - Madinah (Credit: Imam Khairul Annas)

Perang Uhud dan Pasukan Pemanah di Jabal Rumah

Tepatnya ada 70 syuhada Uhud, di antaranya Hamzah bin Abdul Muthalib yang merupakan paman Rasulullah SAW. Perang Uhud pecah antara kaum muslimin yang saat itu telah hijrah ke Kota Madinah dengan kaum kafir Quraisy pasca kekalahan mereka dalam Perang Badar, pada tanggal 15 Syawal tahun ke-3 Hijriyah, atau bulan Maret 625 Masehi. Jumlah pasukan kaum muslimin waktu itu hanya 700 orang mencoba melawan serangan kaum kafir Quraisy yang terdiri dari 3.000 orang pasukan berkuda dan unta yang dipimpin oleh Abu Sufyan.
sejarah perang uhud
Sisi Lain Jabal Uhud, Lokasi Perang Uhud Berkecamuk di Tahun Ke-3 Hijriyah (Credit: Adiput)


Sebenarnya kaum muslimin telah memperoleh kemenangan sebelum tragedi tewasnya ke-70 syuhada Uhud tersebut. Akan tetapi, karena godaan harta rampasan perang, pasukan pemanah yang ditempatkan di Jabal Rumah (masih termasuk kawasan Jabal Uhud) meninggalkan posnya untuk mengambil barang-barang yang ditinggalkan lari oleh pasukan kafir Quraisy. Jabal Rumah adalah bukit kecil dengan lereng yang curam di mana di sana pada Perang Uhud, Rasulullah SAW menempatkan 50 orang pasukan pemanah, saat kaum kafir Quraisy menyerang Kota Madinah setelah kekalahan mereka pada Perang Badar. Bukit kecil itu dinamakan demikian (Jabal Rumah atau Bukit Ar Rumah) karena mengambil sejarah yang ada padanya. Jabal Rumah dalam Bahasa Arab bermakna pemanah. Pasukan pemanah itu mengira bahwa perang telah usai dan dimenangkan oleh kaum muslimin. Melihat banyak harta benda, uang, dan perhiasan di lembah bekas pertempuran, mereka turun dari Jabal rumah. Hampir semua anggota pasukan pemanah itu turun sehingga tersisa tak lebih dari 10 orang pemanah saja. Pemimpin mereka Abdullah bin Jubair Al Anshar, telah berusaha memperingatkan mereka untuk tetap berada di posnya dan tidak tergoda dengan harta dan perhiasan yang sengaja dihamburkan oleh pasukan kaum musyrikin. Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengindahkannya. Khalid bin Walid—yang waktu itu belum memeluk Islam—melihat siasatnya berhasil, segera menyerang balik kaum muslimin. Setelah bukit Ar Rumah dikuasai oleh kafir Quraisy, maka pasukan Rasulullah SAW yang berada di lembah menjadi sasaran empuk pemanah kaum kafir Quraisy. Harta rampasan perang telah membutakan sebagian pasukan kaum muslimin. Siasat perang Nabi Besar Muhammad SAW yang jitu telah dikacaukan oleh pasukan pemanah yang tergoda harta benda rampasan perang ini. Sebenarnya ini, adalah sebuah pelajaran berharga bagi kaum muslimin, bahwa menaati Rasullullah SAW dan pemimpin adalah lebih utama.

Dalam keadaan terdesak demikian, semangat kaum muslimin tidaklah padam dan kecut. Sebagaimana telah disaksikan oleh Anas bin Nadr RA, bagaimana ia melihat sahabat yang bernama Sa’ad bin Ma’az RA gugur di depannya. Anas bin Nadr RA kemudian berteriak lantang kepadanya, “Oh Sa’ad, kemana engkau pergi? Demi Allah, Aku mencium bau surga dari Jabal Uhud.” Sambil berkata demikian ia melompat ke tengah-tengah pasukan kafir Quraisy, berjuang hingga titik darah penghabisan. Setelah perang selesai, ditemukan tubuhnya terpotong-potong dan tercabik-cabik. Tidak kurang dari delapan puluh bekas anak panah dan sabetan pedang di tubuhnya. Tak ada yang dapat mengenalinya kecuali seorang saudara perempuannya. Rasulullah SAW sendiri menderita luka-luka yang amat parah, dan banyak para sahabat yang tewas karena berusaha menjadi tameng hidup bagi Beliau dari hujan anak panah dan sabetan pedang musuh.

Pasukan kaum muslimin akhirnya terpecah menjadi 3 bagian dan terus terdesak di arah timur, barat dan utara dataran Jabal Uhud. Dengan pengaturan ulang strategi, akhirnya kaum muslimin berhasil memukul mundur pasukan kafir Quraisy untuk kembali ke Kota Mekkah dan menggagalkan niat mereka untuk membunuh Nabi besar Muhammad SAW. Menurut riwayat, Sayyidina Hamzah dishalatkan sampai 70 kali. Beliau dimakamkan secara terpisah dari syuhada lainnya bersama-sama Abdullah bin Jahsy (sepupu Nabi Muhammad SAW) di tempat mana para syuhada itu syahid. Sementara pasukan kafir Quraisy yang tewas sebanyak 22 orang. Konon, Jabal Uhud ikut menangis menyaksikan gugurnya pahlawan-pahlawan Islam saat itu.
Jabal Uhud di Kota Madinah
Jabal Uhud, Memanjang 10 km dan Tampak Jelas dari Sisi Jalan Raya (Credit: Imam Khairul Annas)


Rasulullah SAW Selalu Berziarah Ke Jabal Uhud

Setelah perang Uhud usai, ketika dalam perjalanan dari Kota Madinah menuju Kota Mekkah atau sebaliknya, Umar bin Khattab RA dan Abu Bakar RA selalu mengingatkan Rasulullah SAW jika telah dekat dengan Jabal Uhud, sehingga beliau selalu menyempatkan diri menziarahi tempat tersebut. Setelah Rasulullah SAW wafat, para sahabatpun tetap menziarahi Jabal Uhud sebagaimana yang dicontohkan oleh beliau semasa hidupnya. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Uhud adalah bukit yang mencitai kita dan kita mencintainya.”
berziarah di jabal uhud
Jabal Uhud, Ramai Dikunjungi Peziarah (Koleksi Pribadi)


Rasulullah menziarahi hampir setiap tahun Jabal Uhud. Anas RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW memandang ke Jabal Uhud sambil bersabda,”Sesungguhnya Uhud adalah gunung yang sangat mencintai kita, dan kita pun mencintainya.” (HR. Muslim : 1393). Uhud adalah saksi gugurnya 70 syuhada pembela kebesaran Agama Allah.

***

Akhirnya, pemimpin rombongan peziarah itu menutup doa dengan mengusapkan kedua telapak tangan ke wajahnya diikuti para jamaahnya. Selanjutnya mereka berpencar, menuju ke beberapa bagian dataran yang terdapat di Jabal Uhud itu. Beberapa dari mereka tetap mengikuti sang pemimpin rombongan, mendengarkan sejarah yang telah diukir kaum muslimin lebih dari 14 abad yang lampau. Pemimpin rombongan itu menunjukkan beberapa lokasi-lokasi yang penting dalam peristiwa Perang Uhud. Matahari mulai terik ketika kaki-kaki yang mencoba menapak-tilasi perjuangan Rasulullah SAW itu menaiki bukit Ar Rumah. Mereka berfoto dan sekedar berbelanja di lapak-lapak pedagang kaki lima yang menjual serbuk daun pacar dan kurma.

Sunday, April 6, 2014

Masjid Ijabah di Madinah dan 3 Doa Rasulullah untuk Umatnya

Masjid Ijabah di Madinah dan 3 Doa Rasulullah untuk Umatnya


Masjid Ijabah cukup dikenal di kalangan peziarah di Kota Madinah. Betapa tidak, di tempat inilah Rasulullah SAW pernah shalat dua rakaat dan bersujud agak lama untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT karena kecintaannya kepada ummat. Di masjid inilah doa tersebut kemudian langsung diijabah (dijawab dan dikabulkan oleh Allah SWT).


Lokasi Masjid Ijabah Mudah Dicapai

Tidak sulit mencapai lokasi Masjid Al Ijabah, yang dahulu dikenal sebagai Masjid Bani Muawiyah (karena berada di perkampungan Bani Muawiyah bin Malik bin Auf, yang merupakan Suku Aus-Penduduk asli Madinah) ini. Jika anda ingin mengunjunginya, pastikan bahwa anda tidak akan ketinggalah ibadah Arbain di Masjid Nabawi (shalat wajib 40 rakaat) karena biasanya untuk jamaah haji reguler, waktu yang dialokasikan untuk berada di Kota Madinah persis 8 hari (hanya cukup untuk melaksanakan ibadah Arbain). Jadi bagaimana caranya jika ingin berkunjung dan menziarahi masjid yang merupakan bukti kecintaan Nabi Besar Muhammad SAW kepada umatnya ini?

Karena biasanya Masjid Ijabah tidak termasuk paket perjalanan haji atau umrah yang ditawarkan para agen travel atau Departemen Agama RI sebagaimana Masjid Quba dan Masjid Qiblatain, maka anda harus meluangkan waktu untuk pergi ke tempat bersejarah ini. Hal ini bisa dimaklumi karena banyaknya tempat-tempat suci yang patut dikunjungi selama berada di kota Madinah, Arab Saudi. Saya mungkin akan menyarankan agar anda pergi di sela-sela waktu shalat wajib 5 waktu. Paling enak mungkin anda lakukan dengan mengambil waktu sesudah shalat shubuh, atau sesudah shalat dzuhur atau ashar. Atau, kalau tidak ingin berpanas-panas, berangkatlah sesudah shalat Maghrib, tapi tentunya anda harus memperhitungkan waktu agar tidak ketinggalan shalat Isya berjamaah di Masjid Nabawi. Rugi besar kalau ibadah arbain anda rusak karena nilai pahalanya jauh lebih besar dari pada mengunjungi mesjid ini.

Masjid Ijabah lokasinya sebenarnya relatif dekat dengan Masjid Nabawi. Hanya sekitar 580 meter. Atau, jika dari sisi komplek Makam Baqi, hanya sekitar 385 meter. Tepatnya di Jalan Raja Faisal (Malik Faisal), Ring Road 1 di kawasan Marzakiyah. Yup, jadi cukup dekat untuk ditempuh dengan jalan kaki saja. Susuri saja Masjid Nabawi dan berjalanlah ke arah utara. Sembari menikmati pemandangan hiruk-pikuk Kota Madinah di sekitar Masjid Nabawi, tanpa terasa kaki anda akan sampai ke Masjid Ijabah.
peta lokasi Masjid Ijabah Madinah
Peta lokasi Masjid Ijabah di Kota Madinah (Credit: maps. google.com)


Uniknya Masjid Ijabah Madinah dan 3 Doa Rasulullah SAW untuk Ummat

Sisi lain yang menarik saat anda berada di sekitar kawasan Masjid Ijabah ini adalah banyaknya restoran atau jajanan pinggir jalan yang menjual makanan khas Indonesia. Kalau anda kangen dengan bakso atau karedok, maka ke arah Masjid Ijabah-lah seharusnya anda berjalan. Karena lingkungan di sekitar Masjid Ijabah yang banyak menawarkan makanan khas Indonesia dan toko-toko yang menjual produk-produk Indonesia lainnya, maka masjid ini pada hari Jumat menjadi titik berkumpulnya para pekerja dan pelajar asal Indonesia di Kota Madinah dan sekitarnya.

Masjid yang telah direnovasi oleh Raja Fahd pada tahun 1418 Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 1997 Masehi ini memang tidak terlalu kentara penampakannya. Mungkin untuk memudahkan anda menemukannya anda dapat bertanya kepada orang-orang yang berlalu lalang di jalan atau para pemilik toko yang akan sangat bersahabat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan anda. Luas keseluruhan Masjid Ijabah sekitar 1.000 meter persegi. Ada bagian khusus untuk peziarah perempuan yaitu di sisi kiri masjid yang luasnya sekitar 100 meter persegi. Pada hari-hari biasa (bukan musim haji), tidak banyak peziarah asal Indonesia yang berkunjung ke masjid ini, kecuali mereka yang kebetulan hotelnya berdekatan dengan lokasi masjid. Barangkali anda akan lebih mudah menemukan para peziarah dari India, Bangladesh atau Pakistan shlat di sini. Beberapa di antaranya mungkin terlihat mengusap-usap dan menciumi dinding masjid (jangan anda tiru). Walaupun keberadaannya tidak terlalu mencolok mata, Masjid Ijabah sebenarnya dapat dikenali dari menaranya yang mempunyai tinggi 33,75 meter, dan kubah putih setinggi 11, 7 meter berdiameter 9,5 meter. Jika anda masuk ke dalamnya, suasana nyaman akan terasa. Hamparan karpet berwarna merah dengan  seluruh bagian masjid yang bersih dan terang akan menyambut anda. Beberapa buah kipas angin menempel di pilar-pilar masjid membantu pendingin udara. Dianjurkan agar anda shalat sunnat di dalamnya dan berdoa. Tentunya dengan shalat dan berdoa di tempat suci ini, anda telah menapak-tilasi perjalanan Rasulullah SAW. Semoga segala doa anda juga diijabah, dikabulkan oleh Allah SWT. Amin ya Rabbal Alamin.
Masjid Ijabah Madinah, di antara bangunan lainnya di Kota Madinah
(Credit: Imam Khairul Annas)


Masjid Ijabah, yang letaknya bersebelahan dengan Rumah Sakit Al Ansar (Mutawassifa’ Al Ansar, sebuah rumah sakit berukuran kecil tapi penting peranannya bagi para peziarah yang jatuh sakit di Kota Madinah saat menjalankan ibadah haji atau umrah), telah menjadi bukti betapa besar kecintaan Rasulullah SAW kepada ummatNya. Di masjid inilah Rasulullah pernah berdoa kepada Allah untuk memohon 3 hal terkait ummat Islam. Menurut riwayat, suatu hari Rasulullah SAW baru kembali dari gunung. Beliau kemudian singgah di Masjid Bani Muawiyah (nama masjid ini pada zaman dulu) dan shalat dua rakaat.  Beliau bersujud agak lama dari biasanya. Setelah shalat Beliau berkata kepada para sahabat yang ikut shalat di belakang Beliau dan berkata, “ Saya telah memohon kepada Tuhan agar tidak membinasakan ummatku dengan kekeringan dan kelaparan, Iapun mengabulkannya. Aku mohon kepada Tuhan untuk tidak membinasakan ummatku dengan menenggelamkannya, Iapun mengabulkannya. Dan aku mohon agar tidak ada fitnah dan perbedaan di antara mereka, tetapi Dia tidak mengabulkannya. (Shahih Muslim, 52: 2890).

Ada riwayat lain tentang Masjid Ijabah di Kota Madinah ini, yaitu pada suatu waktu ketika Kota Madinah lama tidak diguyur hujan dan kekeringan, Rasulullah SAW melaksanakan shalat minta hujan (Shalat Istisqa) di masjid ini. Doa beliau langsung diijabah bahkan sebelum shalat selesai, hujan telah turun membasahi kota. Akan tetapi, tidak ada sandaran hadist yang kuat akan riwayat ini. Wallahu alam bishawab.

Nah, jadi kalau anda sedang berziarah di Kota Madinah dan berjalan-jalan di sekitar Masjid Nabawi, tentu sebaiknya anda meluangkan waktu untuk mengunjungi Masjid Ijabah ini. Bukankah demikian?

Friday, April 4, 2014

Miqat di Masjid Bir Ali

Miqat Bir Ali di Madinah

Si Cantik yang Tersembunyi Di Bawah lembah

Bis melambat setelah 15 menit meninggalkan Kota Madinah. Di perbatasan tanah haram, tepatnya 11 kilometer dari Masjid Nabawi, dan 9 kilometer dari sisi luar Kota Madinah adalah tempat cantik bernama Masjid Bir Ali. Nun dari kejauhan mulai tampak sebuah menara menyembul dari balik gerumbul pepohonan di bawah lembah. Dahulu di jaman Rasulullah SAW, lembah itu disebut Lembah Aqiq. Baru terasa sebentar menjejak Kota Madinah, 15 atau 20 menit perjalanan dengan bus berpenumpang 45 orang, kini tibalah rombongan peziarah itu di Bir Ali. Mereka akan menunaikan ibadah umrah ke Kota Mekkah dan mengambil miqat di sini sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad SAW berabad lampau.

Lokasi masjid tempat mengambil miqat haji dan umrah ini agak turun ke bawah, menuju lembah yang menghijau. Menara itu ternyata tidak pendek, tingginya 64 meter menjulang perkasa ke langit dengan bentuknya yang seperti sebuah mercusuar. Di belakangnya sebuah bukit berbatu cadas menjadi pemandangan lain yang juga menakjubkan mata. Bangunan mesjid Bir Ali telah nampak jelas ketika bus memasuki pelataran parkir yang mampu menampung 500 buah mobil dan 80 bus berukuran besar. Dari luar bangunan yang bentuknya seperti bujursangkar itu tampak kaku. Parkir yang lapang. Dari sini tampaklah sebuah bangunan mirip benteng, yang dirancang oleh arsitek termahsyur Abdul Wahid El Wakil. Konon, sang arsitek terinspirasi oleh masyarakat di sekitar lembah ini dalam membuat rancangannya.

Sejarah Masjid Bir Ali dan Rasulullah SAW

Menurut sejarah, Masjid Bir Ali dibangun di tempat mana Rasulullah SAW pernah bernaung di bawah sebuah pohon sejenis akasia saat menuju Kota Mekkah untuk menunaikan ibadah umrah. Begitupun sekarang, setiap peziarah yang akan melaksanakan ibadah haji dan umrah dari arah Kota Madinah selalu berhenti sejenak di tempat anggun ini untuk mandi, shalat sunnat ihram 2 rakaat, dan mengambil niat ihram.
miqat masjid bir ali
Dari Luar Mesjid Bir Ali tampak Bagai Benteng yang Kaku, tetapi Siapa Sangka Bagian dalamnya sungguh luar biasa (Credit: Aimantiti)


Masjid Bir Ali dikenal dengan banyak nama. Disebut Bir Ali (bir berarti kata jamak untuk sumur), karena pada jaman dahulu Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA menggali banyak sumur di tempat ini. Sekarang, bekas sumur-sumur buatan Sayyidina Ali bin Abi Thalib tidak tampak lagi. Barangkali sudah terkubur karena pembangunan dan perluasan masjid ini. Masjid Bir Ali disebut juga Masjid Al Ihram dan Masjid Al Miqat karena fungsinya sebagai tempat berihram dan mengambil miqat bagi umat Islam yang akan menunaikan haji dan umrah. Selain itu Masjid ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Syajarah (yang berarti pohon), karena sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya masjid yang cantik ini dibangun di tempat mana Nabi Muhammad SAW pernah berteduh di bawah sebuah pohon (sejenis akasia). Kemudian, beberapa orang mungkin juga menyebut masjid ini dengan sebutan Masjid Dzul Hulaifah, karena letaknya berada di Distrik Dzul Hulaifah.

Rasulullah SAW selalu singgah dan mengambil miqat di Masjid ini, begitupun sekarang para peziarah yang akan menuju Mekkah, mencontoh apa yang telah diteladankan oleh Beliau. Jarak dari Masjid Bir Ali ke Kota Mekkah sebenarnya masih cukup jauh. Perlu waktu 4 sampai 6 jam naik bus untuk tiba di Mekkah karena jaraknya masih lebih kurang 450 km.

Sebagaimana disyariatkan, ada 3 hal yang harus diamalkan saat mengambil miqat, termasuk miqat di Bir Ali ini, yaitu: (1) mandi sunnat ihram dan memakai pakaian ihram; (2) shalat sunnat ihram 2 rakaat; dan (3) berniat ihram serta bertalbiyah.

Uniknya Masjid Bir Ali

Karena banyaknya jamaah yang mandi di Bir Ali sebelum memakai pakaian ihram, maka jangan kaget apabila masjid cantik ini dilengkapi dengan 512 toilet dan 566 kamar mandi. Beberapa di antaranya dikhususkan untuk peziarah yang memiliki kekurangan fisik (cacat tubuh). Meskipun banyak sekali toilet dan kamar mandi, tak sedikitpun bau pesing menguar. Seluruh bagian masjid mulai dari daun pintu, karpet, hingga toilet dan kamar mandi berbau wangi. Ada banyak petugas kebersihan di sini. Beberapa bahkan orang Indonesia. Mereka ada yang bekerja sebagai petugas kebersihan toilet dan kamar mandi hingga penjaga kebersihan taman dan halaman masjid.
miqat di masjid bir ali
Bagian Koridor Di Sebelah Dalam Masjid Bir Ali ini Sungguh Indah Menakjubkan (Foto Koleksi Pribadi)


Sebenarnya mandi sunnat ihram dapat dilakukan di hotel sewaktu para jamaah berada di Kota Madinah. Akan tetapi apabila waktu yang tersedia cukup panjang untuk berada di Bir Ali, maka beberapa dari para peziarah lebih suka mandi di masjid ini karena lebih afdol. Karena itu kamar mandi yang banyak itu selalu saja penuh sesak pada musim haji dan mereka harus antre di depan pintu-pintu kamar mandi, toilet, dan kran wudhu. Beberapa peziarah yang entah karena apa terlupa mengeluarkan 2 helai kain ihram dari kopernya tidak perlu khawatir tidak bisa mengambil miqat di sini. Ada banyak kios-kios kecil berjejer di dekat lapangan parkir yang menjual kain ihram dan suvenir khas tanah suci lainnya.

Masjid Bir Ali yang terletak di antara jalan raya antara Madinah dan Mekkah ini memang menawarkan kesejukan bagi mata. Bagaimana tidak, pohon-pohon rindang terawat, pohon-pohon kurma dan sejenisnya berbaris rapi di sepanjang jalur-jalur indah dari batu granit. Pepohonan itu tumbuh di atas tanah berumput hijau nan lembut. Banyak peziarah yang sebelum shalat berfoto-foto di beberapa bagian taman dan samping masjid, merekam kenangan indah di tanah suci. Sebagian lagi mungkin terlihat buru-buru dan terpaksa mengabaikan keindahan itu karena waktu yang diberikan oleh koordinator peziarah hanya 15 menit.

Menyusuri taman di sekitar Masjid Bir Ali memang memberi kesan yang mendalam karena keindahannya. Akan tetapi, yang lebih luar biasa lagi adalah bagian dalam sisi Masjid berupa koridor selebar 6 meter berbentuk galeri dengan tiang-tiang indah dan lengkungan-lengkungan cantik setinggi 28 meter dengan kubah putih memanjang di atasnya akan membuat kita terpana. Subhanallah, indah sekali.

Menurut sejarahnya, Masjid Bir Ali mengalami beberapa kali renovasi. Dimulai pada masa pemerintahan Gubernur Madinah Umar bin Abdul Aziz (87 -93 Hijriyah), kemudian oleh Zaini Zainuddin Al Istidar pada tahun 861 Hijriyah (1456 Masehi), lalu pada jaman Dinasti Usmaniah dari Turki dengan dibantu seorang muslim dari India pada tahun 1090 Hijriyah (1679 Masehi), hingga terakhir oleh Raja Abdul Aziz yang memerintah Kerajaan Saudi Arabia dari tahun (1981 sampai 2005 M). Masjid yang semula kecil dan sederhana kini menjelma menjadi bangunan indah ini. Keseluruhan areal masjid luasnya sekitar 9.000 meter persegi yang terdiri dari 26.000 meter persegi bangunan masjid, dan 34.000 taman, lapangan parkir, dan paviliun.

Dan, ketika tiba saatnya masuk ke ruang shalat, suasana khusuk dan damai yang lain akan dirasakan. Bagi jamaah perempuan lebih mudah masuk melalui pintu besar nomor 6, 7, dan 8. Di pintu nomor 8 sepertinya lebih lengang dibanding dua pintu lainnya. Selesai shalat 2 rakaat, maka saatnya kembali ke bis dengan disambut senyuman ramah sopir yang mungkin berkebangsaan India, Pakistan, atau Bangladesh. Atau bahkan orang Indonesia.

Mulailah sesama peziarah mengingatkan untuk mematrikan niat umrah atau haji. Juga tentunya saling mengingatkan larangan-larangan ihram yang ada 13 macam. Bis bergerak perlahan-lahan meninggalkan Masjid Bir Ali bersama lantunan talbiyah dari para peziarah pria. Labbaika Allahumma labbaik labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wanni’mata laka wal mulk la syarika laka.....

===
Notes: Sayang sekali, saya tidak punya cukup gambar bagus untuk ditampilkan karena sulit memperoleh gambar berlisensi Creative Commons. Akan tetapi jika anda benar-benar penasaran, mungkin link berikut bisa membantu: http://www.beautifulmosque.com/miqat-mosque-in-dhul-hulayfa-saudi-arabia/ atau http://jelajahdunia.wordpress.com/tag/masjid-dzul-hulaifah/  dan tentunya anda juga bisa googling sendiri ;)

Wednesday, April 2, 2014

Masjid Quba Di Madinah

Masjid Quba Di Madinah


Masjid Quba, Sekilas Pandang

Berkunjunglah ke Masjid Quba ketika anda berada di Madinah, karena hanya butuh waktu 10 sampai 15 menit untuk tiba di sana. Dari halaman parkir, anda sudah disambut keindahan air mancur yang menyejukkan mata, terselip di antara tanaman-tanaman hias. Bila anda layangkan pandang ke arah mesjid besar, bersih dan kokoh yang berwarna putih, 4 buah menara menjulang di keempat sudut bangunan akan menunjukkan wibawanya.

Letak Masjid Quba

Apa yang bisa anda rasakan ketika melangkahkan masuk ke dalam Masjid Quba adalah kedamaian, suasana khusuk dan ketenangan. Masjid yang merupakan masjid pertama yang dibagun oleh Rasulullah SAW ini tidak jauh letaknya dari Kota Madinah. Jaraknya hanya 5 kilometer di luar Kota Madinah, di sebelah tenggara. Lihat peta berikut untuk lebih jelasnya.
peta lokasi mesjid quba madinah
Peta Lokasi Mesjid Quba di Madinah


Keutamaan Masjid Quba

Menurut Umar RA, Nabi Muhammad bersama Umar RA selalu datang ke Mesjid Quba untuk shalat dua rakaat. Beliau datang dengan berjalan kaki atau berkendara (naik unta). Beliau juga sering menunggu Sayyida Ali RA di mesjid ini, karena rumah Sayyidina Ali RA memang berada di belakang mesjid ini. Rasulullah SAW selalu mendatangi mesjid ini pada setiap hari Sabtu, Senin, dan Kamis. Ketika Rasulullah SAW wafat, para Sahabat tetap menziarahi Masjid Quba dan mendirikan shalat di sana. Jadi sudah tentu Mesjid Quba merupakan salah satu tempat tersuci yang ada di Madinah. Betapa tidak, bukankah Masjid Quba dibangun dengan titik peluh Rasulullah SAW?
masjid quba madinah
Masjid Quba - Madinah, dari Arah Lapangan Parkir (Credit: Wibowo Djatmiko)
masjid quba di madinah
Masjid Quba - Madinah, dari sisi lain (Credit: Imansafinas)


Setiap peziarah muslim yang mengunjungi Kota Madinah selalu dianjurkan untuk mengunjungi mesjid ini. Ada keutamaan tersendiri ketika anda melaksanakan shalat sunnat 2 rakaat di mesjid yang sangat penting kedudukannya dalam agama Islam ini. Dengan shalat sunnat dua rakaat di Mesjid Quba, anda akan mendapatkan pahala setara satu kali berumrah. Seperti Hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Nasa’i, “Barangsiapa bersuci (berwudhu) di rumah, lalu datang ke Masjid Quba dan shalat dua rakaat di dalamnya, maka baginya pahala seperti pahala umrah.” Menurut riwayat, ucapan Rasulullah dalam hadist tersebut adalah jawaban kepada penduduk Kampung Quba dan Madinah yang iri dengan penduduk Kota Mekkah yang dapat melaksanakan ibadah umrah setiap saat dengan mudah sementara mereka jika ingin melaksanakan ibadah umrah harus menempuh perjalanan yang sangat jauh. Jadi satu hal yang harus anda ingat ketika akan berangkat menuju Masjid Quba dan hotel tempat anda menginap adalah, berwudhulah terlebih dahulu agar anda mendapatkan pahala senilai pahala umrah tadi. Luar biasa bukan?

Masjid ini disebut-sebut dalam Al Qur’an sebagai mesjid yang dibangun di atas dasar takwa (Surat At Taubah:108): “Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri.......(At Taubah, 108).”

Sejarah Pembangunan Mesjid Quba dan Renovasi

Mesjid Quba mulai dibangun sendiri oleh Nabi Besar Muhammad SAW pada tanggal 8 Rabiul Awwal. Beliau meletakkan batu pertamanya dan dengan dibantu oleh para Sahabat, menyelesaikan bangunan sederhana yang bahannya sebagian besar dari batu, pasir, batang dan pelepah kurma serta tanah liat. Rasulullah SAW mengangkut batu dan pasir hingga memberati punggungnya, dan debu dan tanah melekat di baju dan perut Beliau. Rasulullah SAW membangun mesjid ini pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi ketika pertama kali tiba di Madinah setelah berhijrah dari Kota Mekkah.

Orang yang pertama kali mengusulkan pembangunan Mesjid Quba adalah Sayyidina 'Ammar Radhiyallahu Anhu. Saat Nabi Besar Muhammad SAW dan kaum muslimin hijrah ke Kota Madinah, ia mengusulkan agar dibangun tempat sekedar beristirahat untuk Rasulullah SAW di Kampung Quba yang saat itu merupakan perkampungan dengan lahan subur penuh kebun kurma. Ammar menjadi pengikut Rasulullah yang paling rajin dalam membangun masjid ini. Diriwayatkan bahwa Ammar RA mengangkut batu-batu untuk fondasi masjid dengan mengikatkannya ke tubuhnya. Ia mengangkut batu-batu berukuran besar yang orang lain tidak sanggup mengangkatnya. Di dalam sejarah Islam, Ammar RA memang dikenal sebagai prajurit perkasa, yang syahid pada usia 92 tahun. Ketika Masjid Quba selesai dibangun, Rasulullah mengimami shalat di sini hingga 20 hari penuh.

Mula-mula mesjid ini dibangun dengan luas 1.200 meter persegi pada sebuah kebun kurma yang luasnya 5.000 meter persegi. Hingga kini, Masjid Quba telah mengalami beberapa kali renovasi. Menara mesjid ini pertama kali dibangun oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Kemudian Raja Fahd ibn Abdul Aziz pada 1986 melakukan renovasi dan peluasan besar-besaran sehingga menelan biaya sebesar 90 juta riyal sehingga Masjid Quba dapat menampung sampai 20 ribu jamaah. Terakhir, Masjid Quba direnovasi oleh Pemerintah kerajaan Saudi Arabia dengan dana 100 juta riyal pada tahun 2012 lalu.

Dengan luas sekarang yang mencapai 5.860 meter persegi dengan terdiri dari dua lantai. Masjid Quba mempunyai 19 pintu. Dari semua pintu tersebut terdapat tiga pintu utama dan 16 pintu tambahan. Ketiga pintu utama ini dapat dengan mudah dibedakan dari pintu lainnya karena ukurannya yang jauh lebih besar. Pintu utama memiliki daun pintu besar dan merupakan akses masuk para jamaah ke dalam masjid. Dua pintu utama digunakan untuk peziarah pria sedangkan satu pintu sisanya sebagai pintu masuk peziarah perempuan. Diseberang ruang utama mesjid, terdapat ruangan yang dijadikan tempat belajar mengajar. Jika anda perempuan, disarankan untuk shalat di lantai pertama karena lebih tenang dibanding lantai dua yang cenderung lebih dipenuhi oleh jamaah.
ruang shalat masjid quba
Shalat Dua Rakaat Di masjid Quba Setara Pahala Satu Kali Umrah (Credit: Ahmad Faizal yahya)
tangga masjid quba madinah
Tangga Masjid Quba di Madinah (Credit: Ijansempoi)

Sisi Lain Mesjid Quba

Oh ya, beberapa pedagang asongan cilik mungkin juga akan menyambut anda untuk menawarkan beragam suvenir mulai tasbih, gantungan kunci, dan barang-barang unik lainnya saat anda baru turun dari bus atau taxi yang anda sewa. Bagi anda yang kurang suka dibuntuti, abaikan saja mereka. Anda dapat berbelanja dengan santai di deretan toko-toko yang ada di koridor jalan menuju mesjid dari arah lapangan parkir. Berbelanja di sini cukup bagus, terutama ketika anda ingin merasakan buah kurma segar yang dibekukan dalam frezeer. Memang buah kurma segar tidak dapat bertahan lama di udara luar. Tidak banyak tempat lain (pusat peziarah) yang menjual buah kurma segar yang rasanya manis-manis sepet. Sebagaimana tempat lain untuk berbelanja oleh-oleh dan suvenir di Madinah dan Mekkah, anda harus pintar-pintar menawar.
buah kurma segar
Buah Kurma Segar dalam Frezeer, Banyak Dijual Di Toko Suvenir Dekat Masjid Quba (Credit: Suhadinet)

Tuesday, April 1, 2014

Mesjid Qiblatain di Medinah

Mesjid Qiblatain – Medinah


Mesjid Qiblatain adalah salah satu tempat ziarah umat muslim ketika berada di Kota Madinah. Mesjid tua ini memiliki beberapa keutamaan untuk dikunjungi. Berikut ulasannya untuk menambah pengetahuan kita tentang mesjid yang penting kedudukannya dalam sejarah kenabian Muhammad Rasulullah SAW. Ketika anda menjalankan ibadah haji dan umrah dan berada di Kota Madinah, maka Mesjid Qiblatain selalu ada di dalam daftar tempat yang akan dikunjungi. Jaraknya cukup dekat dari Mesjid Nabawy, yaitu hanya sekitar 5 kilometer.

Nama Lain Mesjid Qiblatain

Mesjid dua kiblat demikian orang Indonesia menyebutnya karena memang mesjid ini dalam sejarah penggunaannya mengalami dua kali perubahan arah kiblat untuk shalat umat Islam. Mengapa demikian? Sebelum turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW (Surah Al Baqarah ayat 114) di Hari Senin Bulan Rajab tahun kedua Hijriyah, shalat umat Islam berkiblat ke Masjid Al Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina (dahulu Jerusalem).

Turunnya ayat ini sebagai jawaban Allah SWT terhadap doa Rasulullah, karena umat Islam selalu dicemooh kaum Yahudi karena memiliki arah kiblat yang sama dengan mereka. Kaum Yahudi mencemooh bahwa umat Islam tidak mempunyai arah kiblat sendiri. Mesjid Qiblatain disebut juga Mesjid Bani Salamah karena dahulu Rasulullah membangun mesjid ini di tanah bekas rumah Bani Salamah.

mesjid qiblatain medinah
Mesjid Qiblatain - Madinah, Mesjid Dua Kiblat (Credit : Muhammad Mahdi Karim)


Letak Mesjid Qiblatain

Mesjid berwarna putih bertembok kokoh ini terletak di Kota Madinah Al Munawarah sekitar 5 kilometer dari Mesjid Nabawy, tepatnya di Jalan Khalid Bin Abd. Walid, sebuah jalan yang menuju Kampus Universitas Madinah. Mesjid Qiblatain dibangun di atas sebuah bukit kecil di utara Harrah Wabrah. Lihat peta berikut untuk lebih jelasnya:
Peta Lokasi Mesjid Qiblatain
Peta Lokasi Mesjid Qiblatain di Kota Madinah (Credit: maps.google.com)


Keunikan Mesjid Qiblatain

Beberapa keunikan Mesjid Qiblatain yaitu:
  • Satu-satunya mesjid yang mempunyai dua mihrab (tempat Imam memimpin shalat).
  • Tempat diturunkannya wahyu (Surah Al Baqarah Ayat 114) yang berkaitan dengan perubahan kiblat ibadah shalat umat Islam, yaitu pada saat Nabi Muhammad sedang shalat dzuhur, yang mana kemudian beliau menghentikan sementara shalatnya untuk mengganti arah shalatnya menuju Masjidil Haram setelah sebelumnya menghadap ke Majidil Aqsha. Pada saat pengalihan arah kiblat ini, Rasulullah baru menyelesaikan rakaat keduanya. Nabiyullah berhenti sejenak untuk kemudian berpaling 180 derajat menghadap Masjidil Haram di Kota Mekkah. Perubahan arah kiblat ini juga kemudian menguji umat Islam saat itu, apakah mereka percaya dengan kenabian Muhammad SAW sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Baqarah Ayat 142.
  • Diberi nama Mesjid Qiblatain, setelah sebelumnya disebut Mesjid Bani Salamah setelah turunnya wahyu dan pergantian arah qiblat shalat. Salah satu hal penting yang harus digarisbawahi terkait perubahan arah kiblat ini adalah bahwa umat Islam bukanlah menyembah Kaabah di Masjidil Haram ataupun Masjidil Aqsha. Arah kiblat hanya kode titik sentral arah ibadah shalat dan berdoa, bukan pada Masjidil Aqsha atau Kaabah-nya.

Struktur Banguan Mesjid Qiblatain

Ruang utama seluas 1.190 meter persegi dan ruangan untuk shalat wanita seluas 400 meter persegi merupakan tempat shalat berkarpet tebal dan lembut. Bila anda menjejakkan kaki di atasnya anda dapat merasakan telapak kaki anda tenggelam di dalam kelembutanya. Ruang utama ini berada di bawah kubah utama berukuran besar dengan lampu gantung besar berbentuk lingkaran berdesain artistik menggantung di tengah-tengahnya. Dari luar, anda akan dapat melihat dua menara kembar yang menjulang tinggi bersisian dengan dua kubah kembar yang mengapit kubah utama.

Di sisi barat mesjid, digunakan untuk tambahan bagunan untuk akomodasi pengurus mesjid, imam, dan muazzin. Sementara itu, karena bangunan Mesjid Qiblatain terletak pada kontour tanah yang miring, bagian yang lebih rendah di sebelah tenggara mesjid, dimanfaatkan untuk basement, di mana di sana para jamaah dapat mengambil air wudhu, kamar mandi, dan toilet. Sebagaimana mesjid-mesjid lainnya di Arab Saudi, mesjid ini tertata dengan baik. Ini dapat anda lihat dari taman yang menghijau oleh pepohonan dan kebersihan seluruh bagian mesjid.

Dari arah utara, yang juga struktur tanahnya lebih rendah dari bagian mesjid lainnya, dibuat tangga landai untuk para jamaah sebagai akses menuju tempat shalat utama mesjid. Secara umum mesjid ini memberikan kesan arsitektur tradisional yang mungkin dimaksudkan untuk menjadikan para peziarah dapat lebih menyelami sejarah besar dalam hal peribadatan umat Islam.

Mesjid Qiblatain Medinah
Mesjid Qiblatain - Madinah, dengan Menaranya yang Indah (Credit: Asifthebes)
Menara Kembar Mesjid Qiblatain - Medinah (Credit: Aiman titi)


Sejarah Renovasi Mesjid Qiblatain

Pada tahun 893 Hijriyah atau bertepatan dengan 1543 Masehi, Mesjid Qiblatain direnovasi oleh Sultan Sulaiman. Kemudian pada tahun 1987 Raja Fahd kembali melakukan renovasi. Kali ini dilakukan secara besar-besaran dengan memperluas mesjid dan menambah konstruksi baru untuk mesjid tersebut. Tentu saja tujuan utama perluasan mesjid adalah untuk menampung banyaknya umat muslim yang berziarah ke mesjid ini dan memberikan kenyamanan beribadah kepada mereka.

Lapangan Parkir Bus Para Peziarah di Mesjid Qiblatain - Madinah (Credit: Wibowo Djatmiko)