Jabal Uhud Saksi Pertempuran Sengit Itu
Jabal Uhud dan Makam 68 Syuhada Perang Uhud
Lima kilometer sebelah utara Kota madinah berdiri kokoh sebuah gunung yang panjangnya mencapai 10 kilometer, dengan ketinggian 1.050 meter. Mudah saja mengenalinya dari tepi jalan raya. Jabal Uhud atau Gunung Uhud, demikian nama gunung yang dibentuk dari tanah berbatu cadas berwarna kemerah-merahan itu berdiri tegar melintas zaman. Terpisah dari bukit dan pegunungan lainnya, membuat sosoknya tampak jelas dapat dibedakan dari pegunungan lainnya di sekitar Kota Madinah. Karena keberadaannya yang demikian, gunung ini disebut-sebut sebagai bukit yang menyendiri oleh penduduk Kota madinah. Lokasinya mudah dicapai dan selalu dimasukkan dalam agenda perjalanan wisata ziarah oleh agen travel umrah/haji plus atau Kementerian Agama Republik Indonesia untuk para jamaah haji. Setiap hari, tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah.Pagi itu, di tepi pagar beton berjeruji besi, seorang pembimbing ibadah dalam rombongan peziarah itu maju dan menadahkan tangan ke arah Baitullah diikuti oleh para peziarah lainnya. Mereka sedang memanjatkan doa untuk para syuhada Uhud. Mereka tampak khusyuk. Sebagian wajah tertunduk, terbayang peristiwa berkecamuknya Perang Uhud di hadapan mata. Air mata kesedihan menetes karena terkenang tumpahnya darah para pembela Islam. Sebagian lagi dengan penuh rasa ingin tahu menjelajah komplek pemakaman itu dengan pandangan mata.
Kompleks pemakaman itu di kelilingi pagar jeruji besi beranyam bercat hijau. Para peziarah itu hanya bisa berada di sisi pagar. Tampak sebuah pintu, tetapi digembok dengan kuat. Mereka, seperti para peziarah lainnya dilarang masuk kompleks pemakaman. Tidak banyak petugas dari pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang ditempatkan di sini. Mereka sekedar berjaga-jaga, seandainya saja ada rombongan peziarah yang melakukan ritual doa secara berlebih-lebihan mereka siap memberikan teguran karena itu tidak sesuai dengan syariat Islam. Tinggi pagar sekitar 1,75 meter. Sekilas tidak ada yang istimewa dari hamparan pasir dan beberapa bongkah batu itu jika anda tidak tahu bahwa di bawahnya terbaring jasad 68 orang penegak Agama Allah. Rasulullah SAW telah bersabda bahwa, “Mereka yang dimakamkan di Uhud tak memperoleh tempat lain kecuali ruhnya berada di dalam burung hijau yang melintasi sungai surgawi. Burung itu memakan makanan dari taman surga, dan tak pernah kehabisan makanan. Para syuhada itu berkata, siapa yang akan menceritakan kondisi kami kepada saudara kami bahwa kami sudah berada di surga? Maka Allah berkata, “aku yang akan memberi kabar kepada mereka.” Kemudian turunlan ayat yang berbunyi, “Dan janganlah mengira orang yang terbunuh di jalan Allah itu meninggal (Q.S. 3: 169).
Kompleks Makam Syuhada Perang Uhud - Madinah (Credit: Imam Khairul Annas) |
Perang Uhud dan Pasukan Pemanah di Jabal Rumah
Tepatnya ada 70 syuhada Uhud, di antaranya Hamzah bin Abdul Muthalib yang merupakan paman Rasulullah SAW. Perang Uhud pecah antara kaum muslimin yang saat itu telah hijrah ke Kota Madinah dengan kaum kafir Quraisy pasca kekalahan mereka dalam Perang Badar, pada tanggal 15 Syawal tahun ke-3 Hijriyah, atau bulan Maret 625 Masehi. Jumlah pasukan kaum muslimin waktu itu hanya 700 orang mencoba melawan serangan kaum kafir Quraisy yang terdiri dari 3.000 orang pasukan berkuda dan unta yang dipimpin oleh Abu Sufyan.Sisi Lain Jabal Uhud, Lokasi Perang Uhud Berkecamuk di Tahun Ke-3 Hijriyah (Credit: Adiput) |
Sebenarnya kaum muslimin telah memperoleh kemenangan sebelum tragedi tewasnya ke-70 syuhada Uhud tersebut. Akan tetapi, karena godaan harta rampasan perang, pasukan pemanah yang ditempatkan di Jabal Rumah (masih termasuk kawasan Jabal Uhud) meninggalkan posnya untuk mengambil barang-barang yang ditinggalkan lari oleh pasukan kafir Quraisy. Jabal Rumah adalah bukit kecil dengan lereng yang curam di mana di sana pada Perang Uhud, Rasulullah SAW menempatkan 50 orang pasukan pemanah, saat kaum kafir Quraisy menyerang Kota Madinah setelah kekalahan mereka pada Perang Badar. Bukit kecil itu dinamakan demikian (Jabal Rumah atau Bukit Ar Rumah) karena mengambil sejarah yang ada padanya. Jabal Rumah dalam Bahasa Arab bermakna pemanah. Pasukan pemanah itu mengira bahwa perang telah usai dan dimenangkan oleh kaum muslimin. Melihat banyak harta benda, uang, dan perhiasan di lembah bekas pertempuran, mereka turun dari Jabal rumah. Hampir semua anggota pasukan pemanah itu turun sehingga tersisa tak lebih dari 10 orang pemanah saja. Pemimpin mereka Abdullah bin Jubair Al Anshar, telah berusaha memperingatkan mereka untuk tetap berada di posnya dan tidak tergoda dengan harta dan perhiasan yang sengaja dihamburkan oleh pasukan kaum musyrikin. Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengindahkannya. Khalid bin Walid—yang waktu itu belum memeluk Islam—melihat siasatnya berhasil, segera menyerang balik kaum muslimin. Setelah bukit Ar Rumah dikuasai oleh kafir Quraisy, maka pasukan Rasulullah SAW yang berada di lembah menjadi sasaran empuk pemanah kaum kafir Quraisy. Harta rampasan perang telah membutakan sebagian pasukan kaum muslimin. Siasat perang Nabi Besar Muhammad SAW yang jitu telah dikacaukan oleh pasukan pemanah yang tergoda harta benda rampasan perang ini. Sebenarnya ini, adalah sebuah pelajaran berharga bagi kaum muslimin, bahwa menaati Rasullullah SAW dan pemimpin adalah lebih utama.
Dalam keadaan terdesak demikian, semangat kaum muslimin tidaklah padam dan kecut. Sebagaimana telah disaksikan oleh Anas bin Nadr RA, bagaimana ia melihat sahabat yang bernama Sa’ad bin Ma’az RA gugur di depannya. Anas bin Nadr RA kemudian berteriak lantang kepadanya, “Oh Sa’ad, kemana engkau pergi? Demi Allah, Aku mencium bau surga dari Jabal Uhud.” Sambil berkata demikian ia melompat ke tengah-tengah pasukan kafir Quraisy, berjuang hingga titik darah penghabisan. Setelah perang selesai, ditemukan tubuhnya terpotong-potong dan tercabik-cabik. Tidak kurang dari delapan puluh bekas anak panah dan sabetan pedang di tubuhnya. Tak ada yang dapat mengenalinya kecuali seorang saudara perempuannya. Rasulullah SAW sendiri menderita luka-luka yang amat parah, dan banyak para sahabat yang tewas karena berusaha menjadi tameng hidup bagi Beliau dari hujan anak panah dan sabetan pedang musuh.
Pasukan kaum muslimin akhirnya terpecah menjadi 3 bagian dan terus terdesak di arah timur, barat dan utara dataran Jabal Uhud. Dengan pengaturan ulang strategi, akhirnya kaum muslimin berhasil memukul mundur pasukan kafir Quraisy untuk kembali ke Kota Mekkah dan menggagalkan niat mereka untuk membunuh Nabi besar Muhammad SAW. Menurut riwayat, Sayyidina Hamzah dishalatkan sampai 70 kali. Beliau dimakamkan secara terpisah dari syuhada lainnya bersama-sama Abdullah bin Jahsy (sepupu Nabi Muhammad SAW) di tempat mana para syuhada itu syahid. Sementara pasukan kafir Quraisy yang tewas sebanyak 22 orang. Konon, Jabal Uhud ikut menangis menyaksikan gugurnya pahlawan-pahlawan Islam saat itu.
Jabal Uhud, Memanjang 10 km dan Tampak Jelas dari Sisi Jalan Raya (Credit: Imam Khairul Annas) |
Rasulullah SAW Selalu Berziarah Ke Jabal Uhud
Setelah perang Uhud usai, ketika dalam perjalanan dari Kota Madinah menuju Kota Mekkah atau sebaliknya, Umar bin Khattab RA dan Abu Bakar RA selalu mengingatkan Rasulullah SAW jika telah dekat dengan Jabal Uhud, sehingga beliau selalu menyempatkan diri menziarahi tempat tersebut. Setelah Rasulullah SAW wafat, para sahabatpun tetap menziarahi Jabal Uhud sebagaimana yang dicontohkan oleh beliau semasa hidupnya. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Uhud adalah bukit yang mencitai kita dan kita mencintainya.”Jabal Uhud, Ramai Dikunjungi Peziarah (Koleksi Pribadi) |
Rasulullah menziarahi hampir setiap tahun Jabal Uhud. Anas RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW memandang ke Jabal Uhud sambil bersabda,”Sesungguhnya Uhud adalah gunung yang sangat mencintai kita, dan kita pun mencintainya.” (HR. Muslim : 1393). Uhud adalah saksi gugurnya 70 syuhada pembela kebesaran Agama Allah.
***
Akhirnya, pemimpin rombongan peziarah itu menutup doa dengan mengusapkan kedua telapak tangan ke wajahnya diikuti para jamaahnya. Selanjutnya mereka berpencar, menuju ke beberapa bagian dataran yang terdapat di Jabal Uhud itu. Beberapa dari mereka tetap mengikuti sang pemimpin rombongan, mendengarkan sejarah yang telah diukir kaum muslimin lebih dari 14 abad yang lampau. Pemimpin rombongan itu menunjukkan beberapa lokasi-lokasi yang penting dalam peristiwa Perang Uhud. Matahari mulai terik ketika kaki-kaki yang mencoba menapak-tilasi perjuangan Rasulullah SAW itu menaiki bukit Ar Rumah. Mereka berfoto dan sekedar berbelanja di lapak-lapak pedagang kaki lima yang menjual serbuk daun pacar dan kurma.
Merinding baca artikelnya Mbak, tidak terbayangkan bagaimana para syuhada pada saat itu berperang melawan kaum Kafir. SUBHANAALLAH.
ReplyDeleteBegitulah perjuangan menegakkan Agama Islam di Jaman Rasulullah SAW, Mas. Semoga menjadi iktibar bagi kita semua.
DeleteSemoga kita menjadi lebih mencintai lagi rasulullah saw dan sahabat nabinya yang telah memperjuangkan Islam. Aamiin.
ReplyDeleteAmin ya Rabbal Alamin, Ustadz.
DeleteAssalamualaikum wr wb
ReplyDeletedengan banyak banyak membaca tulisan seperti kisah pertempuran Jabal Uhud di Madinah ini, selai meambah wawasan agama juga bisa menambah ke cintaan pada Baginda Nabi Muhammad saw,, syukron
Sama-sama Mas, terima kasih kembali. Semoga kita semua mendapat syafaat Beliau di Hari Akhir nanti, dan bersama-sama beliau di dalam syurgaNya. Amin.
Deletejadi niatan makin kuat untuk segera berangkat kesana...hmmm
ReplyDeleteaamiin, kang.
DeleteKita sma2 mendoakan ya...
Semoga Mas-Mas berdua diberikan kesempatan, kemudahan dan kekuatan untuk berangkat ke tanah suci. Amin.
Deletebegitu besarnya pengorbanan rosullulloh dan pengikutnya didalam penyebaran agama Alloh yambak
ReplyDeleteBetul sekali. Kalau kita membaca sejarah Rasulullah SAW dan Sahabat-Sahabat, maka kita akan bisa membayangkan bagaimana besarnya pengorbanan mereka. Mereka rela mengorbankan segalanya, tidak hanya sekedar seluruh harta kekayaan mereka, tetapi juga hidup dan matinya. Subhanallah.
DeleteDiantara peperangan2 dlm Islam, saya paling merinding ketika membaca cerita perang Uhud dan perang Hunain.
ReplyDeleteBetul sekali Mas Pri, membaca sejarah Islam tak lepas dari sejarah perjuangan Rasulullah dan para sahabat dalam menegakkan panji-panji Islam. Banyak perang-perang besar yang telah menorehkan nama-nama para syuhada.
Delete